Kabar dari laut

Aku memang benar tolol ketika itu,
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu,
berujuk kembali dengan tujuan biru.

Di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium napsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.

Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
Pembatasan cuma tambah menjatuhkan kenang.
Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.

Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
Atau di antara mereka juga terdampar,
Burung mati pagi hari di sisi sangkar?

Karya khairil anwar

Menangislah Hati

Menangislah hati
Pada tatanan sedih yang di ridhoi
Luka pada asa yang tergores
Oleh ikhtiar tak sampai
Saat takdir telah di beri

Menangislah hati
Hanya menangis jangan meratap
Pada duka atau suka
Tiap tetesmu akan berarti
Kelak tercatat sebagai kisah

Menangislah hati
Untuk nanti,
Untuk tadi,
Untuk harapan,
Bahkan untuk kematian

Jakarta, 26 November 2011

Karena aku hanya menyembah Mu

Tuhan ku,
Kurebahkan akal dan ingkarku
Akan kuasa dunia di tanganku
Saat aku menyembah Mu

Sering aku di caci
Cuma karena kupatuhi laranganMu
Dan makian selalu kudengar
Hanya karena ku tolak yang tak halal untukku

Tuhan ku,
Aku di titik nadir
Saat memohon pada Mu
Pada tangis dalam doaku

Saat dosa itu ter citra di benak
Aku terpaku,
Kusadari aku hanya manusia
Karena itu, aku hanya menyembah Mu.

Jakarta, 18 November 2011

Pukul tiga di Labuhan Ratu

Sosok kecil yang tengadah
Melihat langit sambil mengunyah
Entah ludah atau makanan
Tak kutanya, hanya kutatap

Adakah yang salah padamu ?
Atau aku yang menilai ragu
Badanmu dekil berdebu,
Tapi kau tersenyum saat mata bertemu

Kala bersapa, kau sangat ramah
Tak pantas manusia baik menderita
Tak pantas diusiamu kau pikul beban
Tak pantas aku menilaimu,

Kau sempurna dan kau ciptaan Nya
Kami yang lalai menjaga kalian
Negara yang abai pada hak mu
Dan keluarga yang tak terjaga

Labuhan Ratu, Lampung, 14 November 2011

Dalam derajat semu

Manusia di lahirkan sama
Awal hidup yang setara
Memulai semua dengan tanya
Tanpa doa, hidup karena fitrah

Karena Mu kami bertahan hidup
Dalam nafas pada raga yang fana
Tak Kau kastakan kami
Semua punya hak yang sama

Sebagai manusia
Kami malah menafikkanmu
Kami kastakan hidup
Dalam ukuran yang bukan dari Mu

Kaum yang serakah berkasta harta
Kaum yang rakus berkasta derajat
Kaum yang zalim berkasta kekuasaan
Kamu yang lalim berkasta kejayaan

Ku hindari cara kami
Walau kadang akupun tak di sukai
Ku tak ingin berlari dari ini
Walau tak suci, aku masih punya hati

Palembang, 10 November 2011

Dalam derajat semu

Manusia di lahirkan sama
Awal hidup yang setara
Memulai semua dengan tanya
Tanpa doa, hidup karena fitrah

Karena Mu kami bertahan hidup
Dalam nafas pada raga yang fana
Tak Kau kastakan kami
Semua punya hak yang sama

Sebagai manusia
Kami malah menafikkanmu
Kami kastakan hidup
Dalam ukuran yang bukan dari Mu

Kaum yang serakah berkasta harta
Kaum yang rakus berkasta derajat
Kaum yang zalim berkasta kekuasaan
Kamu yang lalim berkasta kejayaan

Ku hindari cara kami
Walau kadang akupun tak di sukai
Ku tak ingin berlari dari ini
Walau tak suci, aku masih punya hati

Palembang, 10 November 2011